Di Balik Kecanggihan AI, Perempuan Hadapi Risiko Kekerasan Model Baru Cahaya Cinta, November 21, 2025 Meta Description UN Women Indonesia mengungkap maraknya kekerasan digital terhadap perempuan akibat penyalahgunaan teknologi DeepFake, termasuk pornografi, doxing, penipuan, dan astroturfing yang memengaruhi persepsi publik terhadap perempuan. Kata Kunci Utama (Focus Keyphrase) kekerasan digital perempuan deepfake UN Women Slug URL (YOAST SEO) kekerasan-digital-perempuan-deepfake-un-women UN Women Soroti Bahaya DeepFake yang Memicu Kekerasan Digital terhadap Perempuan UN Women Menyampaikan Lonjakan Kekerasan Digital UN Women Indonesia menegaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan di ruang digital terus meningkat dan semakin kompleks. Head of Programmes UN Women Indonesia, Dwi Yuliawati, menyampaikan hal ini saat menghadiri Kampanye Global UNiTE 2025 dalam rangka 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan di Jakarta, Kamis (20/11/2025). Ia menekankan bahwa teknologi berbasis kecerdasan buatan seperti DeepFake kini menjadi alat yang kerap dimanfaatkan pelaku untuk menyerang perempuan. Melalui paparannya, Dwi menjelaskan bahwa DeepFake tidak lagi sekadar mengubah wajah seseorang dalam sebuah gambar. Teknologi ini justru membuka ruang baru bagi berbagai bentuk kekerasan digital yang sebelumnya tidak terbayangkan. DeepFake Meningkatkan Risiko Pornografi dan Doxing Dwi mengungkapkan bahwa penyalahgunaan DeepFake sering muncul dalam bentuk pornografi non-konsensual. Pelaku memanipulasi foto atau video perempuan agar menyerupai konten pornografi, sehingga korban sulit membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat. Selain itu, Dwi menegaskan bahwa pelaku juga memanfaatkan DeepFake untuk melakukan doxing, yaitu penyebaran informasi pribadi tanpa izin. Dengan cara ini, pelaku dapat mengintimidasi, memeras, atau mempermalukan korban di hadapan publik. Ia menyebutkan bahwa perkembangan teknologi membuat pelaku semakin mudah memproduksi konten palsu yang tampak autentik. Untuk memperjelas situasi, Dwi menambahkan bahwa DeepFake kerap digunakan sebagai alat penipuan digital yang menyasar perempuan dengan memanfaatkan identitas palsu dan manipulasi visual. DeepFake Memicu Astroturfing yang Mengarahkan Opini Publik Dwi kemudian menyoroti fenomena astroturfing, yaitu tindakan menciptakan ilusi dukungan publik terhadap suatu gagasan atau narasi tertentu. Ia menjelaskan bahwa pelaku memanfaatkan DeepFake untuk membentuk opini seolah-olah perempuan mendukung paham atau standar peran tertentu yang sebenarnya tidak mereka keluarkan. Sebagai contoh, ia menyebutkan tren yang tampak seperti gerakan perempuan, padahal kontennya bisa terbentuk dari manipulasi visual. Menurut Dwi, pola ini bertujuan mengarahkan perempuan kembali ke peran yang lebih tradisional dan membatasi ruang mereka dalam masyarakat. Ia menegaskan bahwa tindakan ini tidak selalu tampak sebagai kekerasan langsung, tetapi dampaknya bisa jauh lebih merusak karena memengaruhi cara publik memandang perempuan. Kebencian di Dunia Maya Memicu Kekerasan Nyata Dwi menekankan bahwa kekerasan digital tidak berhenti di ranah maya. Ia menyebutkan bahwa kebencian yang muncul di internet dapat menjalar ke dunia nyata dan berubah menjadi kekerasan fisik, termasuk KDRT. Karena itu, ia meminta masyarakat memahami bahwa dunia nyata dan dunia digital saling terhubung, bukan dua ruang yang berdiri sendiri. Ia menambahkan bahwa ketika perempuan mengalami serangan digital, mereka sering menanggung tekanan sosial dan psikis yang dapat berdampak pada relasi, pekerjaan, dan keamanan pribadi. UN Women Mendorong Upaya Proteksi dengan Teknologi Sebagai penutup, Dwi mengajak berbagai pihak untuk menggunakan teknologi yang sama — seperti artificial intelligence dan deep learning — untuk memberikan perlindungan bagi perempuan. Menurutnya, solusi digital harus berjalan seiring dengan edukasi publik, regulasi yang jelas, dan kesiapan aparat dalam menangani kasus kekerasan digital. Dengan meningkatnya penyalahgunaan DeepFake, ia menilai penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk bertindak cepat sebelum teknologi ini semakin sulit dikendalikan. Business