Tertipu Startup Bodong Rp2,7 T, Bank Ini Kena Peras di Persidangan Cahaya Cinta, November 20, 2025 Pendiri Startup Frank Dituding Peras JPMorgan Selama Proses Sidang Penipuan Rp 2,7 Triliun Meta Description (SEO): Charlie Javice, pendiri startup Frank, disebut menggunakan celah kontrak akuisisi untuk membebankan biaya hukum mewah kepada JPMorgan. Nilai tagihan melonjak hingga lebih dari US$60 juta selama proses sidang penipuan. Kata Kunci / Keyphrase Utama: kasus penipuan Charlie Javice JPMorgan Slug URL (SEO Yoast Friendly): kasus-penipuan-charlie-javice-bebani-jpmorgan Javice Gunakan Celah Hukum untuk Bebankan Biaya Fantastis Pendiri aplikasi keuangan Frank, Charlie Javice, kembali memicu kehebohan di pengadilan Amerika Serikat. Ia sebelumnya terbukti menipu JPMorgan senilai US$175 juta atau sekitar Rp 2,7 triliun, dan telah menjalani vonis lebih dari tujuh tahun penjara. Namun, sidang terbaru justru mengungkap pengeluaran pribadinya yang dibebankan kepada bank tersebut. Pengacara JPMorgan menyampaikan bahwa Javice menggunakan fasilitas pembiayaan hukum yang ditanggung bank untuk membayar berbagai kebutuhan pribadi. Pengeluaran itu mencakup upgrade kamar hotel mewah, makan malam berbiaya tinggi, hingga produk cellulite butter, dan seluruhnya ditagihkan kembali kepada JPMorgan. Biaya Hukum Membengkak hingga Menembus Rp 1 Triliun Dokumen hukum terbaru menunjukkan biaya pembelaan Javice telah mencapai US$60 juta, atau sekitar Rp 1 triliun. JPMorgan menilai jumlah itu sebagai pengeluaran yang tidak masuk akal, bahkan melebihi biaya hukum yang pernah dikeluarkan pendiri Theranos, Elizabeth Holmes. Pada tahun 2021, JPMorgan mengakuisisi Frank yang diklaim sebagai platform bantuan keuangan untuk mahasiswa. Setelah akuisisi rampung, bank menemukan bahwa sebagian besar data pengguna Frank adalah palsu. Temuan tersebut mendorong JPMorgan menggugat Javice, sehingga kasus ini berlanjut ke pengadilan federal. Javice Menang Gugatan dan Mendapat Hak Pembiayaan Hukum Meskipun terbukti melakukan kecurangan, Javice sempat memenangkan putusan pengadilan yang mewajibkan JPMorgan membayar seluruh biaya hukumnya sesuai kontrak akuisisi. Celah ini membuka ruang bagi Javice untuk mengeluarkan biaya besar selama proses persidangan. Menurut pengajuan hukum terbaru, Javice menggunakan jasa lima firma hukum berbeda. JPMorgan menuduh tim kuasa hukum tersebut memanfaatkan putusan pengadilan sebagai blank check, sehingga mereka menagih berbagai pengeluaran tanpa batasan yang jelas. Beberapa pengacara yang terlibat bahkan dikenal pernah menangani kasus tokoh besar seperti Elon Musk, Harvey Weinstein, dan Sam Bankman-Fried. Tim Hukum Berisi 77 Pengacara Tagih Bank untuk Semua Pengeluaran JPMorgan memaparkan bahwa tim hukum Javice berjumlah 77 pengacara yang menagih biaya dalam jumlah luar biasa. Salah satu pengacara bahkan menagih bayaran hingga US$2.025 per jam. Secara total, JPMorgan mengklaim sudah mengalokasikan US$115 juta untuk membiayai seluruh proses hukum Javice dan Olivier Amar, mantan eksekutif Frank lainnya yang juga divonis. Bank memperingatkan bahwa jika tidak dihentikan, biaya yang mereka tanggung dapat tumbuh setara dengan nilai penipuan itu sendiri. Pihak Javice Bantah Tuduhan Penggunaan Dana Pribadi Menanggapi tuduhan bahwa Javice menggunakan dana hukum untuk membiayai produk kecantikan dan kamar hotel mewah, juru bicaranya menyebut klaim itu tidak masuk akal. Ia menegaskan bahwa pengeluaran tersebut tidak ada kaitannya dengan kasus yang ditangani. Jubir tersebut menambahkan bahwa selama bekerja di JPMorgan dan menjalani proses hukum, Javice selalu mengikuti aturan internal perusahaan. Ia juga mengeklaim bahwa Javice tidak pernah meminta penggantian biaya untuk hal-hal yang tidak diizinkan dalam pedoman perusahaan. Business