Pria yang Mengaku Staf DPR Tipu Warga Tangerang Rp 750 Juta dengan Janji Masuk ke Polri Cahaya Cinta, October 14, 2025October 20, 2025 beritapenipuan.id – Seorang pria berinisial AR (31) diringkus aparat dari Polsek Metro Tanah Abang karena terbukti menipu warga bahwa ia akan membantu lolos seleksi anggota Polri. Korbannya adalah A (30), warga Tangerang, yang percaya dan mentransfer uang total Rp 750 juta kepada pelaku. Kasus ini terjadi pada periode antara Februari hingga Mei 2025.AR mengaku sebagai staf salah satu anggota DPR RI—Komisi III. Dia menawarkan layanan “khusus” agar korban dan keluarganya bisa diterima di tiga wilayah Polda. Namun setelah sejumlah uang ditransfer, tidak satu pun dari nama yang dijanjikan berhasil lolos. Merasa tertipu, korban melapor ke polisi pada 12 Oktober 2025.Dalam penjelasan resmi, Kapolres Metro Jakarta Pusat, Susatyo Purnomo Condro, menegaskan bahwa seleksi Polri bersifat murni, transparan, dan tanpa biaya. “Kalau ada yang menjanjikan bisa meluluskan seleksi dengan uang, itu pasti penipuan,” ujarnya. Pelaku kini ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Alur Kejahatan dan Barang Bukti yang Disita Polisi menyita sejumlah bukti yang memperkuat kasus ini, antara lain dokumen mutasi rekening korban, rekaman percakapan WhatsApp antara korban dan pelaku, serta satu flash-disk yang berisi transaksi pengiriman dana. Kapolsek Tanah Abang, Haris Akhmad Basuki, menjelaskan pelaku akan dijerat Pasal 378 KUHP tentang penipuan dan/atau Pasal 372 KUHP tentang penggelapan dengan ancaman hukuman maksimal empat tahun penjara.Korban menyatakan bahwa pelaku meminta uang dalam beberapa tahap: awalnya sejumlah puluhan juta rupiah, lalu meningkat hingga ratusan juta dengan alasan “biaya kelulusan”, “pengurusan dokumen”, dan “pengamanan posisi”. Setelah semua tahap pengiriman selesai, proses seleksi selesai tanpa hasil. Korban pun sadar menjadi korban kejahatan.Pihak kepolisian juga mengingatkan bahwa modus “bantuan masuk Polri” sering dikaitkan dengan kedekatan terhadap lembaga negara atau jaminan lolos dengan uang. “Tidak ada toleransi bagi siapa pun yang memanfaatkan jabatan atau kedekatan dengan lembaga tertentu demi keuntungan pribadi,” tegas Kapolres Susatyo. Dampak Kepercayaan Publik dan Upaya Solusi Kasus ini mencerminkan kerentanan masyarakat terhadap janji-mulut cepat dan hasil instan, terutama untuk posisi bergengsi seperti anggota Polri. Eksistensi penipuan semacam ini menimbulkan kerugian finansial dan hilangnya kepercayaan publik terhadap institusi yang dijadikan sarana kejahatan.Di sisi lain, tindakan cepat aparat kepolisian menunjukkan bahwa penanganan kejahatan berbasis kemiripan kepada lembaga resmi bisa ditindak tegas. Aparat mengimbau masyarakat agar memverifikasi tawaran melalui kanal resmi lembaga terkait sebelum mentransfer uang.Korban pun menyarankan agar orang lain lebih waspada. “Jangan mudah percaya ketika disebutkan punya ‘jalur khusus’ untuk masuk lembaga negara,” kata A. Ia berharap sikap aktif dalam pelaporan bisa mencegah korban baru. Pelajaran dan Pencegahan untuk Masyarakat Pertama, masyarakat harus memahami bahwa proses seleksi institusi seperti Polri tidak mengenal jalur belakang atau biaya yang ditransfer secara pribadi. Semua mekanisme diumumkan secara terbuka melalui situs resmi dan bukan lewat perantara yang meminta uang.Kedua, setiap tawaran yang menggunakan nama lembaga negara, kedekatan anggota DPR, atau pegawai “internal” harus diverifikasi. Jangan mentransfer uang sebelum memastikan kebenaran lewat lembaga resmi atau instansi terkait.Terakhir, bila menerima tawaran “istimewa” butuh uang atau proses cepat, segera lapor ke polisi atau instansi pengawas. Kecepatan pelaporan bisa mengamankan fakta dan memutus jaringan penipuan.Kasus AR dan warga Tangerang ini menjadi pengingat bahwa kepercayaan bisa disalahgunakan, dan kewaspadaan adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri. Business kasus penipuan Jakartamodus penipuan Polripenipuan jalur khusus Polripenipuan lolos Polripenipuan seleksi Polripenipuan staf DPR palsuseleksi Polri tanpa biaya
beritapenipuan.id – Seorang pria berinisial AR (31) diringkus aparat dari Polsek Metro Tanah Abang karena terbukti menipu warga bahwa ia akan membantu lolos seleksi anggota Polri. Korbannya adalah A (30), warga Tangerang, yang percaya dan mentransfer uang total Rp 750 juta kepada pelaku. Kasus ini terjadi pada periode antara Februari hingga Mei 2025.AR mengaku sebagai staf salah satu anggota DPR RI—Komisi III. Dia menawarkan layanan “khusus” agar korban dan keluarganya bisa diterima di tiga wilayah Polda. Namun setelah sejumlah uang ditransfer, tidak satu pun dari nama yang dijanjikan berhasil lolos. Merasa tertipu, korban melapor ke polisi pada 12 Oktober 2025.Dalam penjelasan resmi, Kapolres Metro Jakarta Pusat, Susatyo Purnomo Condro, menegaskan bahwa seleksi Polri bersifat murni, transparan, dan tanpa biaya. “Kalau ada yang menjanjikan bisa meluluskan seleksi dengan uang, itu pasti penipuan,” ujarnya. Pelaku kini ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Alur Kejahatan dan Barang Bukti yang Disita Polisi menyita sejumlah bukti yang memperkuat kasus ini, antara lain dokumen mutasi rekening korban, rekaman percakapan WhatsApp antara korban dan pelaku, serta satu flash-disk yang berisi transaksi pengiriman dana. Kapolsek Tanah Abang, Haris Akhmad Basuki, menjelaskan pelaku akan dijerat Pasal 378 KUHP tentang penipuan dan/atau Pasal 372 KUHP tentang penggelapan dengan ancaman hukuman maksimal empat tahun penjara.Korban menyatakan bahwa pelaku meminta uang dalam beberapa tahap: awalnya sejumlah puluhan juta rupiah, lalu meningkat hingga ratusan juta dengan alasan “biaya kelulusan”, “pengurusan dokumen”, dan “pengamanan posisi”. Setelah semua tahap pengiriman selesai, proses seleksi selesai tanpa hasil. Korban pun sadar menjadi korban kejahatan.Pihak kepolisian juga mengingatkan bahwa modus “bantuan masuk Polri” sering dikaitkan dengan kedekatan terhadap lembaga negara atau jaminan lolos dengan uang. “Tidak ada toleransi bagi siapa pun yang memanfaatkan jabatan atau kedekatan dengan lembaga tertentu demi keuntungan pribadi,” tegas Kapolres Susatyo. Dampak Kepercayaan Publik dan Upaya Solusi Kasus ini mencerminkan kerentanan masyarakat terhadap janji-mulut cepat dan hasil instan, terutama untuk posisi bergengsi seperti anggota Polri. Eksistensi penipuan semacam ini menimbulkan kerugian finansial dan hilangnya kepercayaan publik terhadap institusi yang dijadikan sarana kejahatan.Di sisi lain, tindakan cepat aparat kepolisian menunjukkan bahwa penanganan kejahatan berbasis kemiripan kepada lembaga resmi bisa ditindak tegas. Aparat mengimbau masyarakat agar memverifikasi tawaran melalui kanal resmi lembaga terkait sebelum mentransfer uang.Korban pun menyarankan agar orang lain lebih waspada. “Jangan mudah percaya ketika disebutkan punya ‘jalur khusus’ untuk masuk lembaga negara,” kata A. Ia berharap sikap aktif dalam pelaporan bisa mencegah korban baru. Pelajaran dan Pencegahan untuk Masyarakat Pertama, masyarakat harus memahami bahwa proses seleksi institusi seperti Polri tidak mengenal jalur belakang atau biaya yang ditransfer secara pribadi. Semua mekanisme diumumkan secara terbuka melalui situs resmi dan bukan lewat perantara yang meminta uang.Kedua, setiap tawaran yang menggunakan nama lembaga negara, kedekatan anggota DPR, atau pegawai “internal” harus diverifikasi. Jangan mentransfer uang sebelum memastikan kebenaran lewat lembaga resmi atau instansi terkait.Terakhir, bila menerima tawaran “istimewa” butuh uang atau proses cepat, segera lapor ke polisi atau instansi pengawas. Kecepatan pelaporan bisa mengamankan fakta dan memutus jaringan penipuan.Kasus AR dan warga Tangerang ini menjadi pengingat bahwa kepercayaan bisa disalahgunakan, dan kewaspadaan adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri.